Minggu, 15 Desember 2013

Bahagia itu sederhana

Pernahkah kamu mendongak ke luar jendela saat kamu sedang berada dalam mobilmu..Duduk di kursi yang nyaman, dengan pendingin udara dan pemutar musik yang menyala...

Atau saat kamu berjalan kaki keluar rumah di pagi hari, untuk menjemput rezeki dari Tuhanmu..

Hm..atau mungkin di perjalanan menuju rumah sepulang dari kampus? 


Blue sky, white cotton clouds, green trees, and sometimes the sound of a bird chirping..Isn't it beautiful? Semua itu adalah pemandangan indah maha karya Sang Pencipta, dan ga perlu susah-susah, ga perlu jauh-jauh, dari jendela rumah pun kita sudah bisa menikmatinya. 

Tapi untuk orang-orang zaman sekarang, hal-hal seperti ini mungkin sudah terabaikan ya ga sih..Seperti kehilangan arti, dan kurang dihargai. Karena tersedia di depan mata, kita cenderung "take it for granted"...Apalagi untuk generasi menunduk alias dimana-mana nunduk dengan mata melekat pada gadget seukuran talenan..Dan bagi orang-orang masa kini yang semakin materialistis, di mana kebahagiaan terletak pada barang-barang mewah..

Dulu seorang teman pernah berkata kepadaku, setiap pagi waktu bangun tidur, kita sendiri yang menentukan hari ini mau bahagia atau ga. And many many times i have to remind myself. 

Happiness is a state of mind. Do we really need fancy stuff to make us happy? 

Bahagia itu ada di tangan kita. Dan bahagia itu (seharusnya) sederhana. Sesederhana perasaan bahagia saat menatap langit biru, awan putih dan pepohonan hijau. 

*all photos taken and edited by me

Rabu, 04 Desember 2013

Di Suatu Pagi yang Gerimis

Pagi ini gerimis, dan aku sudah misuh-misuh. Gara-garanya, tadi ketemu sama teman sekerja papaku dulu. Si om ini nanya, "Sudah berhasil belum?" sambil elus-elus perutnya. Ohh mungkin maksud si om sudah berhasil belum dietku biar bisa kurus(an) lagi kayak dulu. Ehh abis itu si om ngomong lagi.."Coba deh ke dokter obgyn A di Malaka..Bagus dokter itu, banyak yang berhasil setelah berobat sama dia..." dengan muka kasihan padaku..Seolah-olah aku ini patut dikasihani karena sudah 5 tahun menikah belum punya anak.

Well hellooow world..perhaps you all should know that I am okay. Kenapa sih banyak orang yang sering berpikir dia lebih tahu tentang kebahagiaan hidup orang lain daripada orang itu sendiri? 

Dan kenapa banyak orang yang sepertinya bertumpu pada ada tidaknya anak dalam pernikahan sebagai satu-satunya faktor terpenting dalam kebahagiaan rumah tangga. Bahkan dari ucapan atau status teman-teman bernasib sama yang suka mengeluh di media sosial, menyiratkan seolah-olah mereka "gagal"..Memangnya punya anak itu suatu "prestasi" ya,,?

OmyGod maaf ini mungkin termasuk posting yang paling emosional (and cynical) yang pernah aku tulis di sini. Si om tadi hanya trigger aja sih, karena sebenarnya sudah lama mau nulis tentang ini. 

Begini, semua orang memang berhak ya punya pemikiran masing-masing. And I will state my perspective about this matter: 

Punya anak belum tentu pasti bahagia. Tidak punya anak bukan berarti tidak bisa bahagia. 

There, I said it loud and clear. 

Ada yang pernah bilang begini.."Nanti siapa yang doain kamu kalo kamu ga punya anak.." Ya ampun kalo cuma itu alasan punya anak kok ya rasanya egois banget..Iya agamaku memang sangat mendukung pernikahan, dan memperbanyak keturunan. Tapi punya anak kan ga cuma melahirkan dan membiayai kehidupannya aja (sampai tiba waktunya dia mandiri). Untuk punya anak yang kelak mendoakan kita kalau kita sudah tiada, orang tua juga perlu kerja keras mendidik anak sesuai syariat kan? Belum lagi doa yang terbalut bid'ah, ga akan diterima. 

Jadi om, tante, bapak, ibu semuanya..ga perlu berbasa basi yang basi ya. Jangan jadi orang Indonesia banget deh. Lama ga ketemu mesti yang ditanya duluan ga jauh-jauh dari sudah nikah belum,, sudah berapa anaknya..Ada juga tuh, orang baru kenal sudah tanya-tanya anak. Ihh situ kepo deh. Kenapa emang, kalau saya punya anak, situ mau biayain sekolahnya?

Yah sekian sudah saya luncurkan kata hati saya. Hujan gerimis sudah berhenti. Langit masih mendung. Yang penting hati tetap ceria. Dan ingat...

To have or not to have,  stay happy and be grateful.