Kamis, 14 November 2013

Ngebolang di Bangkok -tamat-

Tulisan ini adalah bagian akhir dari ceritaku tentang Bangkok trip bulan Agustus lalu. Kali ini aku akan cerita tentang dua destinasi yang wajib dikunjungi di Bangkok dan menjadi agenda utamaku, Grand Palace dan Chatuchak weekend market. Dua tempat yang ada di kutub yang berseberangan yah, yang satu (dulunya) tempat tinggal raja-raja dan satu lagi tempat berkumpulnya rakyat, hehehe...


Seperti yang kuceritakan di sini, aku pergi ke Bangkok dalam rangka seminar IADR. Di situs resminya, panitia penyelenggara IADR bekerja sama dengan sebuah travel agent menawarkan paket one day trip ke Grand Palace dan Wat Pho temple. Sebetulnya selama ini aku jarang sih pergi menggunakan jasa travel agent karena merasa jadi terikat dengan waktu, agak terbatas dan ga bisa semau kita. Tapi berhubung teman seperjalanan semuanya sepakat untuk ikut tour aja jadi ya aku ikut dong biar kompak hehehe..Sebagai peserta IADR dan berstatus 'accompanying person', Mba Shanty sudah tidak perlu membayar untuk trip ini. Sementara aku, karena batal jadi peserta jadi harus membayar 1500 THB. Harga yang cukup mahal juga sih, kalau dibandingkan kita pergi sendiri.
Ternyata, ga ada peserta seminar lain yang join paket trip ini, betul-betul hanya kami berempat. Sisi positifnya kami jadi bisa lebih bebas, ga perlu tunggu-tungguan dengan peserta lainnya, tour guide bisa lebih maksimal mendampingi kami. Mobil yang disediakan juga bagus dan nyaman dan pastinya lega karena isinya cuma kami berempat, plus supir dan guide..
Grand Palace memang pantas menjadi salah satu ikon yang menjadi destinasi yang wajib dikunjungi di Bangkok. Waktu masuk ke kompleks istana aku cukup terpana karena areanya sangat luas, bangunan-bangunannya megah, indah dan relatif terjaga kebersihannya.
Me, my student Sabrina and her mom at the most outer part of Grand Palace
Pengunjung Grand Palace dikenakan biaya 500 THB, kecuali untuk orang lokal bebas biaya alias gratis. Waktu kami ke sana, pengunjungnya ramaai... Dan sepertinya turis dari Indonesia cukup banyak, tour guide kami aja sampai ambil kursus singkat bahasa Indonesia. Ya lumayan lah ada tour guide, kunjungan kami jadi bernilai lebih daripada cuma sekedar foto jepret-jepret sana sini. Kami jadi bisa dapat berbagai cerita mulai dari sejarah, makna dari patung-patung dan bentuk bangunan yang ada di situ, dan ada tempat bertanya ini itu.  Tapi sekarang kayaknya sih sudah lupa, hahaha...xD

Di segenap penjuru ada berbagai patung dengan bentuk aneh seperti ini, masing-masing punya makna tersendiri


Kira-kira sudah berapa ribu orang ya yang papasan dengan patung penjaga ini...


Huge and tall buildings with careful attention to detail in every corner


Ada beberapa pilihan untuk mencapai Grand Palace. Naik taksi mungkin lebih praktis ya, tapi sebetulnya ada satu cara yang lebih seru yaitu naik transportasi umum (sky train) turun di Saphan Taksin station disambung dengan perahu yang bisa dinaiki di dermaga Sathorn, karena letak kompleks istana ini di tepi sungai Chao Praya. Dari stasiun skytrain ke dermaga itu cuma tinggal jalan kaki sedikit. Dengan naik boat ini selain lebih murah, bisa sekalian melihat-lihat pemandangan, tapi pastinya lebih ribet dan harus rela antri waktu mau naik perahu. Aku sempat naik perahu dari dermaga ini waktu mau ke Asiatique, dan ada beberapa jalur dengan destinasi yang berbeda. Untuk lebih jelasnya mungkin bisa baca tulisan di situs ini, baca juga aturan berpakaian bagi pengunjung istana.
Sayang banget, saat itu lagi musim hujan di Bangkok dan sore hari itu pun hujan turun bahkan sempat cukup deras. Selain karena hujan, kami juga masih harus ke Wat Pho jadi ga bisa berlama-lama. Padahal di kompleks Grand Palace yang luas ini masih banyak yang bisa dikunjungi. Gapapa lah, jadi kan ada alasan untuk ke sini lagi :D

Oke jadi dari Grand Palace kami lanjut ke kuil Wat Pho. Sebetulnya bisa jalan kaki sekitar 10 menit (katanya), tapi karena kami ikut tur jadi tinggal duduk manis di mobil deh. Kami menunggu supir datang menjemput di seberang Grand Palace, di sebuah taman dengan banyak sekali burung merpati. Di sekitar pintu masuk istana dan di taman ini cukup banyak orang yang berjualan, aku sempat juga iseng beli mangga di tukang jualan buah potong hehehe...



Hujan rintik-rintik menyambut kami saat tiba di Wat Pho Temple. Menurut guide kami, kompleks kuil ini adalah yang terbesar di Bangkok. Di dalam kuil ada patung Buddha yang sedang berbaring miring, yang lebih terkenal dengan "reclining Buddha". Tour guide kami bilang patung yang berukuran raksasa itu betul-betul dilapisi emas. Ga lama kami di sini, semakin sore hujan semakin deras! Begitu agak reda, kami berlarian ke mobil dan kembali ke hotel.
Peaceful Wat Pho temple
Macet parah sore itu. Hujan di Jumat sore, a perfect combo to cause heavy traffic jam. Tapi ntah kenapa aku merasa pengendara di Bangkok agak sedikit lebih sabar dan berbudaya daripada di Jakarta. Meskipun macetnya sama parahnya, tapi aku jarang mendengar bunyi klakson yang biasa bersahut-sahutan di Jakarta. Aku perhatikan di pertigaan atau perempatan tanpa lampu merah pun ga main asal serobot dan main seradak-seruduk.

Dan akhirnya, keesokan harinya aku ke Chatuchak! Yeaay..Sabtu pagi yang cerah alhamdulillah..Kami berempat naik taksi ke stasiun sky train terdekat. Pagi itu keretanya penuh, aku berdiri di sepanjang perjalanan sampai Mo Chit station. Dari situ masih harus jalan kaki, menyusuri jalan mengikuti arus keramaian. Di sepanjang jalan menuju pasar Chatuchak sudah banyak orang berjualan di trotoar jalan. Jangan terlalu lama mampir di sini, the 35 acres weekend market with thousands stalls is waiting! :D

Sejujurnya aku agak ambisius untuk pergi ke Chatuchak market ini. Penasaran banget kayak apa weekend market yang katanya bukan hanya terbesar di Thailand tapi termasuk terbesar di dunia! Bisa dibilang semuanya ada di sini, mulai dari produk fashion, berbagai suvenir dan cinderamata khas Thailand, alat kebutuhan rumah tangga, makanan, spa and bath products, artworks, sampai thai massage juga ada..Sayangnyaaa..sebelum pergi memang kurang browsing euy... Begitu di sana aku hanya ikut ke mana kaki melangkah. Sekarang malah baru tahu kalau pasar itu terbagi menjadi 20-an zona dan ada petanya. Bahkan katanya sih kalau mau bisa sewa pemandu juga.
Pergi ke Chatuchak berarti pakai baju senyaman mungkin yang menyerap keringat karena panaaas..Lebih baik pake sendal jepit karena bakal banyak jalan kaki. Atau beli sendal di sana juga bisa :D ... Paling enak sih kalau perginya dengan orang yang minat dan kebutuhannya sama. Seperti halnya pasar kebanyakan, tawar-menawar berlaku di sini. Dan kalau ada barang yang ditaksir mendingan langsung beli, daripada menyesal karena mikir bakal bisa balik lagi ke toko yang sama ternyata ujung-ujungnya ga ketemu.

Selagi di sini, jangan ga makan mango sticky rice yaaa..mangganya segar dan manis, syedap!


Ibu ini ga hanya menjual mangga yang dimakan dengan ketan dan sedikit siraman santan a.k.a mango sticky rice itu, tapi juga durian! Awalnya si Ibu ga mau jual durian dengan sticky rice, karena dia hanya jual buah duriannya aja dan dalam jumlah yang cukup banyak. Sementara aku kan cuma ngiler dan mau sedikit aja.. Jadi aku rayu-rayu ibunya untuk jual durian sticky rice dan akhirnya dia mau...hihihihi...daging duriannya tebal, lembut, enak banget dimakan sama sticky rice..nyam!

Rasanya aku masih belum puas banget jalan-jalan di Chatuchak. Suatu hari nanti aku akan kembali, :)
Sawadee khaa..