Kamis, 09 Mei 2013

Aceh: Antara Masjid, Mie Kepiting, Warung Kopi dan Pantai #Part 1

Seorang selebtwit (sebut saja aMrazing :D) baru pulang dari Aceh. Foto-foto indah yang dia posting di twitter dan instagram membuat aku jadi ingat, oiya aku kan sudah berniat mau ngeblog tentang perjalananku bersama beberapa teman dosen ke Aceh waktu ikut Seminar Dies Natalis Prodi KG Unsyiah Kuala (11-15/4). Sudah hampir sebulan lalu yaa ternyata...Ga jadi-jadi mau nulis di sini, maklum lagi (sok) sibuk hehehe...

Waktu memutuskan mau ke Aceh sampai sesaat sebelum berangkat, sama sekali ga ada kekhawatiran yang melintas tentang keamanan di sana. Kepikiran pun nggak. Padahal pas di sana ketemu seorang dosen dari Moestopo, beliau bilang tadinya ada beberapa dosen dari Moestopo yang mau datang. Tapi karena ada isu kota lagi rusuh soal bendera GAM, jadi pada batal dan tinggal dia seorang. Alhamdulillah selama kami disana semua aman terkendali sih, ga ada apa-apa.

Begitu menjejakkan kaki sore itu di Bandara Sultan Iskandar Muda, langsung mendapat kesan indahnya alam kota ini. Dan kesan ini terus berlanjut sepanjang perjalanan dari bandara ke rumah Diana, teman waktu S2 dulu dan sekarang dosen di KG Unsyiah yang bersedia menampung kami di rumahnya. Di kejauhan tampak jajaran gunung dan perbukitan, dan kami juga sempat melewati pantai di dekat Pelabuhan Ulee Lheue. Asik banget yah, mau ke pantai tinggal "ngesot"..

Sore itu juga kami ke Museum Tsunami, tapi sayangnya kami tidak bisa masuk karena sudah kesorean dan museum sudah tutup. Maghrib pun tiba, dan kami shalat Maghrib di Masjid Raya Baiturrahman. Hati ini terasa bergetar memandang masjid yang menjadi ikon Banda Aceh ini. Mendadak teringat kejadian tahun 2004 silam, saat masjid ini tetap tegak berdiri sementara kota diluluhlantakkan oleh terjangan tsunami. Kami kesana malam Jumat, masjid dipenuhi oleh orang-orang yang shalat berjamaah. Ada juga yang membentuk kelompok kecil dan mengaji bersama. Di antaranya banyak juga perempuan-perempuan muda yang cantik, wajahnya khas Aceh banget. Baik dalam maupun luar masjid ini indah, rapi, dan bersih. Love it...
Selain masjid raya ini masih banyak banget masjid lain yang juga indah di seluruh pelosok kota Banda Aceh. Pas dengan julukannya, kota Serambi Mekkah.

Masjid Raya Baiturrahman in the evening

Masjid Raya Baiturrahman in the middle of the day

Ternyata kulineran di Banda Aceh seru juga yaa.. Mie Aceh sih sudah pasti doong. Yang enak banyak, tapi yang paling terkenal *terutama di kalangan wisatawan* sepertinya Mie Razali yang ada di Peunayong. Katanya sih tempat ini termasuk yang paling "tua" dan sampai sekarang tetap bertahan dan selalu ramai. Aku pesan mie goreng basah kepiting, dan kepitingnya mantaap...! Walaupun makannya ribet, it was worth it.


Aku juga mengunjungi tempat makan lain yang cukup terkenal, nama tempatnya Canai Mamak. Walaupun roti canai (sering dibaca "cane") bukan khas Aceh sih sebenarnya. Menurut cerita ternyata sang pemilik sempat bekerja di rumah makan yang menjual canai di KL. Roti canainya banyak pilihan, gurih maupun manis. Karena aku doyannya yang gurih-gurih jadi pesan canai telur-bawang bombay plus kari ayam. Pantes ramai, enak sih emang..:) Tempatnya asik buat nongkrong cemal-cemil, bukanya baru sore sampai jelang tengah malam. Makanan berat juga ada, kayak nasi briyani, mie, dll. Teh tariknya juga enak. :)

Canai Mamak

Satu lagi makanan khas Aceh yang belum pernah aku coba sebelumnya adalah ayam tangkap. Katanya, makanan ini disebut demikian karena menggunakan ayam kampung yang dipelihara dan harus ditangkap dulu sebelum dimasak, hihihi...Pada dasarnya ini ayam goreng biasa, yang bikin beda itu bumbunya dan dimasak dengan daun pandan dan daun kari. Daunnya dimakan juga lho! Krenyes-krenyes gitu deh..Harga makanan ini ternyata cukup mahal juga sekitar 60 ribu,/porsi, mengingat yang digunakan untuk membuat setiap porsinya adalah satu ekor ayam kampung berukuran sedang.

Enak dicocol dengan kecap yang dicampur potongan cabe rawit & bawang..Hmmm...

Selama di Banda Aceh aku perhatikan nyaris di setiap ruas jalan pasti ada warung kopinya, mau yang bernuansa modern ataupun tradisional. Budaya ngopi memang benar-benar kental di kota ini, sekental kopi hitam. Di Aceh, warung kopi menjadi tempat interaksi sosial yang paling utama. Orang-orang (terutama pria) dengan profesi dan status sosial yang beragam berkumpul di situ. Dan secara aku pencinta kopi, memang sudah menjadi cita-cita untuk mampir setidaknya di satu warung kopi yang paling legendaris. Di mana lagi kalau bukan kopi Solong Ulee Kareng.
Sabtu pagi, rame bangeet,,Hampir semua meja sudah terisi.


Ita, mahasiswi koas KG Unsyiah yang membawaku ke Solong pagi itu bercerita, warung kopi ini selalu ramai apalagi di akhir pekan. Banyak deal-deal bisnis yang terjadi di sini, katanya. Jangan harap ketemu mesin espresso di warung kopi ini, kopinya dibuat dengan cara unik yang khas.
Kopi Ulee Kareng in the making..Kopi pancung satu, bang! :D
Ada istilah baru yang aku pelajari di sini. Kopi pancung, maksudnya kopi setengah gelas atau pakai gelas kecil yang disebut gelas pancung, dan kopi sanger (kopi susu).

Asiknya di warung kopi Solong Ulee Kareng ini, selain kopi ada cemilan kue-kue khas Aceh yang macamnya banyak banget..Rata-rata manis sih, kayak srikaya, timpan, bingka, and so on..Pas banget buat sarapan.Tapi di sini orang ngopi ga cuma di pagi hari, bisa berapa kali sehari. Asal jangan pergi ke warung kopi pas Maghrib, karena warung tutup sebentar mulai azan sampai menjelang Isya.

Sanger pancung dan kue-kue di warung kopi Solong Ulee Kareng

Ita banyak berbagi cerita tentang kehidupan di Aceh. Perempuan di Aceh wajib berjilbab/berkerudung kalau keluar rumah. Kalau gak, nanti dirazia polisi syariah yang disebut WH (Wilayatul Hisbah). Tapi katanya sih sekarang sudah ga seketat dulu. Yah kalaupun kamu non muslim, sebaiknya berpakaian pantas dan kenakan kerudung atau pashmina penutup kepala selama jalan-jalan di Aceh terutama kalau mau mengunjungi masjid.  Karena ada kewajiban untuk memakai kerudung dan bukan benar-benar dari hati, banyak perempuan Aceh terutama yang masih muda lepas jilbab begitu mereka keluar Aceh. Ita pun begitu, kalau lagi jalan-jalan ke Medan misalnya, dia ga pakai jilbab. "Kalau jalan-jalan di Aceh ga pake jilbab rasanya risih sendiri dan berasa diliatin, tapi kalau pajang foto misalnya di BBM pas lagi ga pake jilbab sih gapapa," katanya. Terus di Aceh ga ada bioskop! Paling nonton bajakan kalau gitu ya, hehehe.. Mall juga bisa dibilang ga ada. Eh paling ada 1 deh pusat perbelanjaan yang bisa disebut mall. Tapi jangan salah, cewe-cewe Aceh gayanya modis-modis juga lho. Kebalikan sama Jakarta yang bejibun mall dan bioskop, tapi green space/taman bermain hampir ga ada. Kalau di Banda Aceh aku perhatikan cukup banyak taman yang tertata rapi. Oya, kalau ngetrip ke Aceh jangan lupa bawa buku nikah! Ini serius, karena kejadian waktu suami datang menyusul dan kami mau check in di hotel, resepsionis meminta kami menunjukkan buku nikah sebagai bukti bahwa kami benar suami istri. Plis deh mana juga kepikiran bawa-bawa buku nikah. Yang gawat kalau baru menikah dan belum bikin KTP baru ya, bisa-bisa pisah kamar deh ahahaha...

Ih masih banyak nih yang mau diceritain, tentang PLTD apung dan Pantai Lampuuk yang cantik.. Trus aku juga ke Sabang, lho...! Asli seruuu banget. Highly recommended, apalagi buat yang hobi snorkeling. Yang belum pernah kesana pasti pada ga nyangka kalau ujung barat Indonesia itu indah banget...Hm, bersambung ke part 2 deh!
Naah foto berikut ini bukti kalau aku bener-bener ikut seminar, ga cuma jalan-jalan doang hahahaha....


Eh aku sudah punya akun Instagram lhooo...Monggo mampir ke atha_na, mau lihat-lihat boleehh..nge-like juga boleehh, apalagi follow...:D

See you at my next post!

2 komentar:

  1. Uni ata...nice blog, mampir dong d blog gw, masih kosong sih...hehehe...nova-adrian.blogspot.com

    BalasHapus
  2. haaai nopaa..oke oke pasti nanti aku mampir..thanks for reading! ;)

    BalasHapus