Rabu, 16 Oktober 2013

HNP, Go Away and DONT Come Back!

Disclaimer: this post contains a long long story and lots of medical terms. :D

Wiken lalu adalah wiken yang sangat bersejarah dalam hidupku. 
Tepatnya tanggal 11 Oktober 2013 lalu, aku harus menjalani prosedur yang dihindari semua orang: operasi.

Jadi ceritanya berawal dari sakit pinggang (kerennya disebut Low Back Pain atau disingkat LBP), yang sudah kurasakan sejak aku masih koas dulu. Pertamanya sakit ini hilang timbul, kadang terasa, kadang gak..Tapi lambat laun kok sakitnya makin sering. Lalu pada tahun 2008, saat aku sekolah lagi, aku memeriksakan diri ke bagian Rehab Medik RSCM. Kebetulan ada seorang teman yang sedang menjadi residen alias sedang menempuh pendidikan spesialis di bagian tersebut. 
Aku diperiksa oleh konsulen rehab medik (staf pengajar, dokter yang sudah bergelar spesialis), dan dirujuk ke radiologi. Dari hasil interpretasi foto rontgenku, katanya ada penyempitan di diskus antara L4-L5. Aku pun disarankan untuk fisioterapi. 
Buat orang awam mungkin agak bingung, apa sih L4-L5? Aku jelaskan sedikit yah, jangan ngantuk loh...:D 

Tulang belakang kita terdiri dari 33 ruas, mulai dari leher sampai tulang ekor. 

- Bagian leher : Cervical vertebrae (C) terdiri dari 7 ruas. 
- Bagian dada : Thoracal  (T) terdiri dari 12 ruas.
- Bagian pinggang : Lumbal (L) terdiri dari 5 ruas.
- Bagian pinggul : Sacrum  (S) terdiri dari 5 ruas.
- Tulang tungging/ekor terdiri dari 4 ruas yang menyatu.
*foto bisa search di google yaa..*

 Nah L4 artinya Lumbal ke-4, alias ruas ke-4 di bagian pinggang.

Sementara diskus adalah bantalan antara ruas tulang belakang yang berfungsi sebagai shock absorber sehingga tulang belakang kita bisa bergerak fleksibel tanpa bergesekan. Diskus terdiri dari bagian tengah/inti disebut nukleus, dan dikelilingi bagian tepi yaitu annulus yang merupakan jaringan ikat biar si nukleus ga lari kemana-mana, gitu.

Aku dijadwalkan fisioterapi sebanyak 7 kali kunjungan. Setiap kunjungan, ada 3 jenis alat yang digunakan. Ada infra red untuk memanaskan bagian punggung, TENS yang mengalirkan listrik untuk merangsang syaraf dan mengurangi nyeri, dan satu lagi apa yaa, lupa..:D Antara Laser atau Ultrasonic deh kayaknya. 
Tapi ternyata, setelah perawatan itu, sakit pinggangku ga kunjung hilang. Tapi kubiarkan, kudiamkan, kutahan dan berharap semuanya baik-baik saja. 
Makin lama, sakitnya semakin mengganggu. Hanya intensitas sakitnya aja yang naik turun. Kadang sakit sedikit hingga bisa kuabaikan. Tapiiii kalau lagi kumat, aku bisa dibuat menangis karenanya. Sakitnya tuuhh, gimana ya menggambarkannya..Seperti pegal-pegal tak berkesudahan, sakit saat berubah posisi, bahkan terkadang diam ga berbuat apapun sakit. Dari luar aku memang tampak baik-baik aja. Aku masih bisa tertawa-tawa bercanda ria, jalan-jalan kesana kemari, ga kayak orang sakit lah pokoknya. Tapi sebetulnya kondisi ini betul-betul mempengaruhiku. Aku cepat merasa capek. I feel constantly fatigue. And it affected my mood, too.

Nah beberapa bulan lalu, sekitar bulan Mei, sakitnya naik level. Yang tadinya hanya seputar pinggang dan punggung, jadi merambat mulai dari pantat hingga betis kaki kanan. *Untung cuma kaki kanan, pfiuuhh* Rasanya seperti kram otot terus menerus, terkadang kedutan, dan kesemutan. Setiap kali batuk atau bersin, terasa nyeri seperti otot-ototku tertarik. Aku juga tidak bisa tidur telentang dengan meluruskan kaki kanan karena sakit. Kalau solat, saat ruku' aku hanya bisa sedikit membungkuk, begitu juga saat sujud harus pelan-pelan. 
Lalu aku mencoba berobat ke dokter spesialis rehab medik di RS Charitas Palembang, dan disarankan untuk fisioterapi (lagi). Kata dokter, dicoba dulu fisio sebanyak 6 kali. Kalau ga ada perubahan aku perlu diperiksa dengan MRI. Sayangnya fisio tidak berjalan mulus, karena baru 2 kali terapi aku pergi jalan-jalan. Ke Hong Kong. *duh....Soalnya tiket sudah dibeli jauh-jauh hari. Jadilah aku jalan-jalan dengan kaki sakit, tiap malam minum analgesik (>_<)...

Sepulangnya dari HK, aku sempat vakum 2 minggu baru aku teruskan fisioterapi di RS Charitas. Aku lunasi pertemuan sebanyak 6 kali sesuai yang disarankan dokter. Tapi ga membuahkan hasil. Akhirnya pas kebetulan aku ke Jakarta, aku berobat ke dokter spesialis neurologi di Paviliun Kencana RSCM. Dokter bilang aku suspek HNP, dan perlu pemeriksaan MRI. Aku dibekali dengan obat, Lyrica dan Arcoxia. Waktu minum obat, sakitnya agak berkurang di siang hari tapi kembali muncul di malam hari.
Pulanglah aku ke Palembang, dan berobat lagi ke dokter spesialis neuro di RS Siloam Sriwijaya. Dokter tsb merujuk aku ke bagian radiologi untuk pemeriksaan MRI. Setelah melihat hasilnya, beliau mengkonfirmasi bahwa aku mengalami HNP terutama di bagian L4-L5 dan L5-S1, dan menjadwalkanku fisioterapi sebanyak 6-7 kali.
Apa sih HNP?
HNP adalah singkatan dari Hernia Nukleus Pulposus. Mendengar kata Hernia, biasanya orang langsung mengasosiasikannya dengan "turun berok". Jadi sebetulnya hernia atau herniasi adalah istilah medis yang berarti menonjol atau tonjolan. Nah dalam kasus ini, yang mengalami herniasi adalah si bagian dalam diskus (bantalan antar ruas tulang belakang yang sudah kuceritakan di awal tadi), yaitu nukleus pulposus. Si diskus ini bisa menonjol keluar dari tempatnya, karena bagian pinggirnya (annulus) robek. Kalau ada trauma, misalnya pekerjaan mengangkat beban berat, jatuh terduduk, maka diskus akan makin menonjol keluar. Guncangan saat kita berkendara jarak jauh melalui jalan rusak dengan mobil yang suspensinya sudah jelek juga bisa memicu trauma yang lebih besar dan mengakibatkan herniasi diskus ke tempat berlalunya syaraf tulang belakang, dan pada akhirnya menekan syaraf. Karena aku mengalami HNP di bagian lumbal dan sakrum, maka keluhan yang aku rasakan adalah low back pain dan leg pain tadi.

Potongan MRI ku Juni lalu yang kufoto dengan ponsel.


Begini kira-kira ilustrasinya. *from google images*


































Dokter neuro di RS Siloam mengatakan bahwa HNP yang aku alami masih dalam tahap awal. Harusnya masih berespon positif dong ya setelah fisioterapi. Tapi nyatanya, tidak ada perubahan yang berarti. Padahal aku patuh pada jadwal, selang sehari. Aku pun mencoba ke dokter ahli akupunktur, dokternya baik deh, kliniknya ada di ruko sebelum Sekolah Kusuma Bangsa di Palembang. Tapi masih tetap sakit juga.

Nah, semua dokter yang kukunjungi, mulai dari dokter di RS Charitas, Siloam Sriwijaya, hingga dokter akupunktur tadi, merekomendasikan satu nama. Dr. Lutfi Gatam, spesialis bedah orthopaedi yang mendalami Spine alias tulang belakang. Aku bertekad untuk berkonsultasi dengan beliau, tapi baru terealisasi Kamis, 3 Oktober lalu. dr. Lutfi praktek di RS Premier Bintaro setiap Kamis dan Senin malam.
Ternyataa, temanku Harmantya spesialis orthopaedi yang dulu sempat sama-sama bekerja sebagai  redaksi Klikdokter.com, ada di ruangan dr. Lutfi malam itu. Harman juga praktek di Spine Center RS Bintaro, sering menjadi asisten dr. Lutfi di ruangan operasi dan mendampingi beliau praktek. Pantas kalau banyak direkomendasikan orang, Dr. Lutfi memang ahli spine terkenal, dan orangnya baik banget, ramah ke pasien-pasiennya.
Baik dr. Lutfi maupun Harman cukup kaget melihat foto MRI ku, karena menurut mereka penonjolan diskusnya sudah cukup lanjut..*which means a little bit contrary to what neurologist in Siloam Hospital said*. "Udah gede banget nonjolnya, Tha.." kata Harman. Jadi mereka menyarankan, diskus yang keluar itu diambil supaya ga menekan syaraf dan menyebabkan aku sakit lagi.
"Gimana caranya, dok? Operasi?" kataku cemas.
Berkat kecanggihan teknologi, kasus sepertiku tidak perlu lagi dirawat dengan operasi bedah, dengan sayatan panjang, dan lebih besar resiko untuk komplikasi. Kini, diskus yang herniasi bisa diambil dengan bedah minor, yaitu dengan prosedur Minor Endoscopy Discectomy (MED). Aku pasrah, karena kalau tidak diambil tindakan ini, lama kelamaan diskus yang herniasi bisa semakin menonjol keluar dan menjepit syaraf. Kalau sudah terjepit total, maka yang terjadi adalah......kelumpuhan. Naudzubillah min zalikk......

Dengan mantap, aku katakan aku bersedia menjalani prosedur MED, dijadwalkan seminggu setelah aku konsultasi dengan dr. Lutfi. Pinggangku, tepat di daerah L5-S1, disayat 18 mm saja, lalu tube endoskopi yang ujungnya dilengkapi kamera dan alat untuk mengambil diskus dimasukkan. Dokter bekerja dengan melihat layar, dengan pembesaran 20x.  Tidak makan waktu terlalu lama, katanya sih kurang dari 1 jam. Tapi karena ada persiapan untuk pembiusan total dan alat-alat, aku berada di ruang OK hampir 3 jam. Video prosedur MED ini sudah banyak di-upload orang di youtube, sila search kalau mau tahu lebih lanjut :D.
Masih sempet pose di ruang persiapan op :D

Aku opname di RS Bintaro cukup 3 malam saja. Setelah operasi, aku ga boleh bangun dari tempat tidur, jadi harus dipasang kateter. Sehari setelahnya kateter boleh dilepas, aku boleh bangun dan latihan jalan. Alhamdulillah aku ga merasa nyeri yang berarti. Hanya sedikit sakit di bekas luka sayatan kalau aku berubah posisi. Kadang masih terasa kedutan dan sedikit nyeri di pantat dan kaki, tapi katanya hal ini normal dan disebabkan proses inflamasi pasca operasi aja. Aku harus selalu memakai korset lumbal saat beraktivitas selama 2-3 bulan ke depan, untuk menopang tubuh dan pengingat bahwa aku belum boleh membungkuk ekstrim dulu untuk sementara waktu. 
Hari ini hampir seminggu pasca operasi, alhamdulillah kondisinya semakin membaik. Nyeri yang dulu selalu mengganggu sudah hilang. Nyeri sedikit-sedikit ya wajarlah, namanya juga habis diobok-obok. Alhamdulillah ya Allah, yang Maha Mendengar dan Mengabulkan segala doa. Agak sedih, karena aku ga boleh sepedahan lagi, karena posisinya membungkuk dan rentan guncangan..hiks..
Sekarang tugasku adalah menjaga baik-baik tulang belakangku, jangan sampai HNP terjadi di ruas tulang belakang yang lain. Naudzubillaah aku ga mau lagi, bius total ga enaakk..Begitu setengah sadar, aku mual parah dan muntah-muntah. Belum lagi mengingat biaya total yang harus keluar. Duh, bisa buat beli mobil seken walaupun tahun tua. Alhamdulillah syukur, semuanya dicover asuransi.
Aku merasa berterima kasiihh banget sama papa mama yang begitu suportif walaupun awalnya dihinggapi keparnoan waktu mendengar kata-kata operasi. Maklum, anak kesayangan :D..Kakak-kakakku, ponakanku, temen-temen, semua care banget..♥ Terutama suamiku, yang rela tidur di lantai  beralas sejadah di samping bedku padahal AC-nya dingin sangaat..I really can't thank him enough..May Allah always bless you, Dana...

Kalau ada yang membaca postingan ini juga merasa sering back pain, jangan parno dulu. Penyebab back pain ga selalu berhubungan dengan diskus. Bisa jadi karena otot, tendon, ligamen, semua struktur yang ada di tulang belakang kita. Dan 90-95 % kasus back pain bisa dirawat dengan cara konservatif kok sebenarnya. Dengan pemberian obat, fisioterapi, exercise, dan menghindari faktor resiko. Pokoknya mulai sekarang, perhatikan betul posisi saat duduk dan berdiri. Jangan bungkuk. Kalau mau angkat berat, jongkok dulu baru angkat bebannya. Bangkit dari tempat tidur juga jangan langsung bangun, tapi miring dulu baru angkat badan dari kasur. Dan terutama untuk dokter gigi, yang biasa duduk miring-miring saat kerja pasien, rentan banget untuk mengalami HNP. Ya kalau mau aman, periksa lah kalau sudah ada keluhan. Ke Harman juga bisa tuh, baik kok orangnya ;D *promosi tulus tidak berbayar*

Better days are coming, insya Allah.

Allah Maha Pemurah,,,, 
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?