Rabu, 13 Maret 2013

"Maksud aku tuh sebenanya baik, lhoo,,,"

Seseorang membuatku kembali tersadar, ga semua niat baik bisa diterima dengan respon yang positif. Bisa jadi karena cara penyampaiannya yang "salah", atau ga mengenakkan sehingga yang ada malah justru menghasilkan respon negatif.

Mau contoh yang paling nyata dan sederhana? Orang tua yang protektif terhadap anaknya, bahkan terkadang over protektif. Maksudnya sih baik, mau melindungi anak supaya ga terjadi hal-hal yang ga diinginkan. Tapi karena cara penyampaiannya yang "salah", si anak justru jadi sebel, marah, bahkan berontak sama orang tuanya. Misalnya mau pergi ke pesta ulang tahun teman ga boleh, ikut acara perpisahan dilarang, ada teman lawan jenis datang bertamu ke rumah dimarahin. Oh, i've been there done that. I experienced all of that, when i was still a teen. Eh, ralat, sampai detik ini pun masih, ding. Bahkan sampai sudah berubah status jadi istri orang pun, papa masih aja suka "rese". Apalagi waktu sempat LDR-an sama suami. Suami sudah pindah ke Palembang, aku masih tinggal sama ortu di Jakarta. Padahal keluar rumah karena kerja nih, bukan buat nongkrong..Jam 7 malam belum pulang, ditelpon! Ditanya:
"lagi dimana-sama siapa-kenapa belum pulang? 
-ayo pulang sekarang!!"
BRAKK *bunyi telpon ditutup*

Butuh waktu yang amat sangat lama untuk bisa melihat hikmah di balik semua kegalakan dan kemarahan papa yang "nyebelin" itu. Bahkan sebetulnya baru belakangan ini, setelah usiaku menginjak dekade ke-3, aku baru benar-benar bisa menyadari betapa semua itu dilakukannya karena papa sayang aku. Sayang teramat sayang, maksudnya teramat baik, tapi caranya begitu. Dan sekarang aku amat bersyukur punya papa yang galaknya minta ampun kayak gitu, karena kalau ga mungkin aku bisa aja jadi anak nakal, ga jadi dokter gigi, pokoknya ga jadi kayak sekarang ini deh.

Contoh lainnya, dosen yang galak dan perfeksionis. Dosen yang kayak gini pasti, i repeat, PASTI ada di setiap fakultas di universitas manapun. Dosen yang menuntut mahasiswanya selalu bisa jawab pertanyaan yang dia ajukan, membuat tugas dengan memuaskan, pokoknya harus perfect lah. Dan kalau si mahasiswa ga sesuai dengan harapannya, dia bisa mengamuk atau minimal melakukan  hal-hal yang bagii mahasiswa dirasakan sebagai sesuatu yang :menyulitkan. Contoh yang real  sih ya mau ga mau harus flashback ke masa kuliah di FKG UI dulu. Waktu menjalani kepaniteraan klinik (atau yang biasa disebut koas), bagian Konservasi selalu menjadi momok yang menakutkan. Dosennya galak-galak, dengar bunyi langkah kakinya waktu mau masuk ke ruangan klinik aja bisa membuat jantung berdebar bagaikan melihat bayangan putih di balik jendela di malam hari. Kalau kita minta izin mau kerja pasien, pasti ditanya-tanya dulu. Ga bisa jawab pertanyaan? Pasien disuruh pulang! Kalau hand instruments di meja dental unit berantakan, bisa diomelin habis-habisan. Believe me, it happened for real. You can ask anyone at least in my class, class of 99. Dan masih amaaat banyaaak cerita-cerita pedih perih lainnya, tapi aku ga akan cerita itu malam ini. Bisa jadi trilogi, 'kali.

Tapi setelah menyelesaikan pendidikan, perilaku dosen yang galak tadi *Alhamduilillah* berubah drastis, tuh. Jadi pada ramah dan baiik banget. Dan memang membutuhkan kebesaran hati dan kedewasaan berpikir untuk menyadari mereka bertindak seperti itu untuk kebaikan kita. Apakah mahasiswa jadi dendam? Harusnya sih gak, ya.

Memang ada aja sihh, orang tua atau dosen yang benar-benar "jahat"...Kalau untuk masalah ini, yaa mungkin kembali lagi ke kepribadian masing-masing orang kali yah.

Tapi yang jelas, setelah dilihat dari berbagai contoh kasus, kalau kita berniat/bermakud baik terhadap orang lain ternyata mau ga mau kita harus memperhitungkan apakah nantinya orang yang dituju bisa menerimanya dengan baik atau gak. Pernah dengar orang bilang,
"Kalau mau berbuat baik mah berbuat baik aja, masalah nanti orang nganggepnya gimana ya urusan nanti"
Well, i agree with that, tapi pada prakteknya ternyata ga semudah itu. Salah-salah, niat baik kita diterjemahkan sebagai sesuatu yang jahat, dan orang itu malah jadi benci sama kita. 

And one thing for sure, you can't make everybody love you, except you are Raymond. (Maap yang ga ngerti berarti ga pernah nonton sitkom Everybody Loves Raymond) #kriuukkk # garing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar